Sunday, October 20, 2019

Press Release Kegiatan "Srawung Bareng Peduli Transportasi Salatiga"


PRESS RELEASE Kegiatan “Srawung Bareng Peduli Transportasi Salatiga”
dalam rangka Hari Perhubungan Nasional 17 September
dan Hari Ulang Tahun Lalu Lintas Bhayangkara 22 September

Komunitas Masyarakat Transportasi Salatiga (MTi – Salatiga) menggelar festival transportasi “Srawung Bareng Peduli Transportasi Salatiga” pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019 lalu. Bertempat di Selasar Kartini (dari depan SMA Negeri 3 ke arah barat), kegiatan srawung bareng transportasi ini diikuti oleh 70 siswa/i peserta yang berasal dari perwakilan SMP dan SMA sederajat se – Kota Salatiga dan diramaikan oleh komunitas Varian Matic Community (VMC). Pada kegiatan ini, peserta mendapatkan asupan materi pembelajaran lalu lintas dan transportasi dari 1) Komunitas Salatiga Heritage, 2) Satlantas Polres Salatiga, 3) Dinas Perhubungan Kota Salatiga, 4) Komunitas Gowes Bapak-bapak Sehat (KGBS), dan 5) Astra Motor, agar kelak mendapatkan pemahaman yang benar bahwa #JalanRayaMilikKitaBersama.



Kegelisahan mengenai kondisi jalan raya di Salatiga yang semakin ramai dan pengalaman mengikuti kegiatan Festival Pendidikan Aman Berlalu Lintas di Semarang bulan September lalu menjadi dua latar belakang penting di balik digelarnya kegiatan srawung bareng transportasi ini. “Karena satu dan lain hal, tahun ini baik Dishub maupun Satlantas sama-sama belum mengadakan kegiatan untuk memperingati Hari Perhubungan Nasional maupun Hari Ulang Tahun Lalu Lintas Bhayangkara untuk Warga Kota Salatiga. Padahal, kami melihat dua tanggal penting ini adalah sebuah momen untuk dapat memberikan sosialisasi dan edukasi untuk pembangunan bidang transportasi di Salatiga ke arah yang lebih berkelanjutan”, demikian pendapat Kristanto, salah seorang relawan sekaligus founder dari komunitas transportasi ini. Sementara itu, Alif, salah seorang relawan baru yang merupakan Alumni Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2019 dan berasal dari SMK Diponegoro Salatiga, mengungkapkan bahwa teman-teman sekolahnya begitu ingin mengikuti kegiatan transportasi serupa seperti yang diikutinya di Semarang pada bulan lalu. Akhirnya, pertemuan komunitas pada Jumat malam, 20 September 2019 itu memutuskan bahwa kami (dengan cukup nekat) akan mencoba mengadakan kegiatan di bulan Oktober, dengan tanggal tentatif tanggal 12 Oktober 2019, dengan pertimbangan sudah semakin memasuki musim penghujan dan akan makin bertambahanya kesibukan aktivitas siswa kelas XII SMA/ SMK apabila penyelenggaraan kegiatannya kian diundur.



Alhamdulilah, kegiatan “Srawung Bareng Peduli Transportasi Salatiga” ini dapat terlaksana pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019. Pada pukul 13:15 kegiatan dimulai dengan ice-breaking oleh pengisi acara yang membawakan beberapa buah lagu sambil menunggu peserta maupun tamu undangan yang belum hadir. Salah satu hal yang membuat kegiatan srawung bareng transportasi ini berbeda dari kegiatan-kegiatan lainnya adalah, peserta kegiatan datang dan pulang dari kegiatan diantar-jemput dari sekolah menggunakan Angkota Salatiga. Konsep ini kami terapkan untuk mengenalkan dan mempromosikan moda transportasi angkutan kota, yang sampai saat ini masih merupakan satu-satunya angkutan umum yang legal di Kota Wedang Ronde ini. Terbatasnya lahan parkir di Jalan Kartini menjadi pertimbangan berikutnya mengapa kami menawarkan konsep “drop-off & pick-up” menggunakan angkutan umum, alih-alih mengorbankan kepentingan umum dengan parkir di jalur hijau Jalan Kartini yang di sana juga sudah terpampang rambu P dicoret. Adapun sekolah yang dapat mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti kegiatan ini berasal dari lintas kecamatan di Salatiga, di mana Kecamatan Sidorejo diwakili oleh SMK Diponegoro (terletak di Jalan Kartini), Kecamatan Argomulyo oleh MTS Negeri (Angkota Jalur 10), dan Kecamatan Tingkir oleh a) SMP Negeri 8 (Angkota Jalur 5B), b) SMP Kristen 2 (Angkota Jalur 5), dan c) SMK Negeri 3 (Angkota Jalur 4B).



Sekitar pukul 14:00, acara sambutan pertama dalam kegiatan ini disampaikan oleh Tedi selaku ketua panitia. Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Salatiga ini mengenalkan apa itu Komunitas MTi kepada hadirin, mengingat komunitas yang satu ini belum cukup dikenal di masyarakat. Sambutan kedua disampaikan oleh Zaenudin selaku Kanit Dikyasa yang baru di Satlantas Polres Salatiga. Beliau memberikan pengantar edukasi lalu lintas sekaligus menyampaikan dukungannya terhadap gerakan MTi yang mau peduli ikut membantu polisi di bidang lalu lintas. Sambutan ketiga sekaligus untuk membuka acara disampaikan oleh Dwi Nopi dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Beliau memaparkan beberapa isi Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan no. 22 tahun 2009 dan peran serta masyarakat dalam melaksanakan isi undang-undang tersebut. Sebagian besar peserta benar-benar mendapatkan ilmu baru dari pemaparan tersebut, mengingat tema lalu lintas dan angkutan jalan khususnya di Kota Salatiga belum mendapatkan porsi yang cukup banyak dalam kurikulum sekolah saat ini.


Setelah selesai sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan pembelajaran lebih lanjut melalui pos-pos edukasi. Kurang lebih selama 90 menit, siswa/i dibagi menjadi 4 kelompok diberi kesempatan untuk menyerap ilmu dari 4 pos yang sudah disiapkan oleh panitia: 1) Pos Sejarah Transportasi Salatiga oleh Komunitas Salatiga Heritage, 2) Pos Rambu dan Marka Lalu Lintas dari Dinas Perhubungan, 3) Pos Keselamatan Berlalu Lintas dari Satlantas, dan 4) Pos Sepeda dari Komunitas Gowes Bapak-bapak Sehat. Setiap 20 menit, dilakukan rolling peserta atau moving class, di mana mereka harus berpindah ke pos berikutnya agar sampai dengan batas waktu yang ditentukan, mereka telah mendapatkan materi pembelajaran dari semua pos secara lengkap dan komprehensif. Para peserta tampak begitu antusias mengikuti pos-pos yang ada, khususnya ketika mereka mendatangi pos unik Salatiga Heritage yang menggunakan replika bus legendaris asal Salatiga “ESTO” alias “Eerste Salatigasche Transport Onderneming” yang juga sering diplesetkan orang menjadi “Enak Seger Tanpa Ongkos”, mengingat ESTO adalah pionir kendaraan bermotor pertama yang menawarkan kenyamanan bertransportasi di kota ini puluhan tahun silam. Melihat kesibukan teman-teman dari Dishub dan Satlantas yang sudah beracara dari pagi hari (Ya, kebetulan kegiatan srawung transportasi ini diadakan bersamaan dengan kegiatan “Glorifikasi Keselamatan” dari Satlantas Polres Salatiga di pagi harinya) acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan terhadap pemateri pos yang telah menyiapkan materi, properti, dan segala sesuatunya untuk dibagikan kepada para peserta. Kolaborasi memang merupakan suatu hal yang luar biasa. Jaya terus, Dunia Transportasi Salatiga!

Selain keempat pos dengan sistem moving class, last but not least masih tersedia Pos Safety Riding sebagai pos terakhir yang relatif ditunggu-tunggu para peserta karena sebagai remaja, mereka cenderung ingin cepat-cepat bisa naik sepeda motor untuk kebutuhan mobilitasnya. Oleh karena itu, pos ini kembali menggunakan sistem kelas umum, di mana seluruh peserta berkumpul di Lapangan SMA Negeri 3 menuju 2 unit sepeda motor Honda sebagai alat peraga. Kebetulan karena adanya urusan yang mendadak, pemateri dari Astra Motor tidak bisa hadir dalam kegiatan ini, sehingga Alif dan Anggoro, relawan MTi yang merupakan Alumni Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2019 – lah yang memberikan pengarahan sekaligus langsung mempraktikkan sikap/ posisi berkendara roda dua yang aman. Sebelumnya, mereka telah mendapatkan “diklat” dari Astra Motor mengenai apa-apa saja yang perlu disampaikan kepada para peserta. Sekalipun baru pertama kali mencoba, antusiasme para peserta ternyata justru sangat tinggi, khususnya memuncak ketika Anggoro, siswa SMK Saraswati Salatiga, mengajarkan cara pemakaian helm yang benar kepada seorang siswi SMK Negeri 3 Salatiga. “Cieee, modus ini modus ini..”, komentar salah seorang siswa SMK Negeri 3 laki-laki yang ikut meramaikan suasana. Dody, salah seorang relawan awal MTi mengapresiasi materi Pos Safety Riding yang dapat diberikan oleh temannya sendiri yang seumuran. “Mereka menyampaikan dalam frekuensi bahasa yang sama, materinya dapat tersampaikan dengan sangat baik”, jelas Dody. Usai pembelajaran di pos yang terakhir ini, para peserta pun mengikuti acara penutupan berupa pembagian doorprize dan konsumsi. Pada pukul 17:15, para peserta pulang ke sekolahnya masing-masing dengan “dijemput oleh angkota” yang telah mengantarnya ke Selasar pada siang hari tadi.
Terminologi “Srawung Bareng” yang kami pilih untuk kegiatan transportasi ini tak lain dan tak bukan adalah karena kesadaran bahwa kami sebagai komunitas memerlukan sinergi/ kolaborasi dengan berbagai stakeholders/ pemangku kepentingan dalam membantu pemerintah mewujudkan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang ke-11, yakni “Keberlanjutan Kota dan Komunitas”. Melalui publikasi kegiatan ini kami ingin dapat berjejaring dengan teman-teman/ komunitas/ instansi yang juga peduli dan mau ikut berpartisipasi dalam pembangunan dunia transportasi Salatiga. Mungkin Kota Salatiga memang tidak memiliki perguruan tinggi/ universitas yang memiliki jurusan teknik sipil maupun perencanaan wilayah dan kota, tetapi kami percaya bahwa melalui edukasi, komunikasi, dan sikap respek dan saling menghormati antarpihak yang baik, sebuah pembangunan transportasi yang berkelanjutan di kota ini akan dapat terwujud. Salam Transportasi, Jalan Raya memang milik kita bersama!



Sunday, October 13, 2019

Galang Dana untuk Kegiatan MTi - Salatiga: Suplemen Makanan "Fituno" dan Kartu Perdana "Smartfren" GSM

Dalam waktu dekat ini, Komunitas Masyarakat Transportasi Salatiga (MTi - Salatiga) akan menyelenggarakan festival transportasi "Srawung Bareng Peduli Transportasi Salatiga".

Untuk kesuksesan kegiatan, berikut kami coba tawarkan produk-produknya di market digital:


Suplemen Makanan "Fituno":
Terima Kasih Kimia Farma atas dukungan sponsorship-nya ya!







Kartu Perdana "Smartfren" GSM:
https://tokopedia.link/uW9QxaZNK0
Smartfren, terima kasih juga atas dukungannya ya!

Tuesday, April 2, 2019

Subsidi Transportasi Umum

Sudah lama penulis ingin mempelajari tentang hal ini, dan penulis mendapatkan ilmu setelah membaca artikel ini:

Supaya lebih sederhana, penulis sampaikan lewat pertanyaan dan jawaban saja ya
1. Mengapa transportasi umum perlu disubsidi?
-> Masyarakat urban memiliki kebutuhan mobilisasi yang tinggi. Berbeda dengan era sebelumnnya, anak sekolah tidak lagi mencari sekolah yang dekat rumah. Orang kerja yang sudah beberapa tahun bekerja memutuskan untuk membeli rumah, sehingga kantornya tidak lagi dekat dengan rumahnya. Layaknya sembako, pemerintah perlu memberikan solusi dan menjalankan fungsi regulasinya di sini. Subsidi transportasi umum akan menjadi suatu langkah yang tepat.
2. Apakah dengan memberikan subsidi BBM, kita telah memberikan subsidi untuk transportasi umum?
--> Mungkin dulu iya, tapi sekarang tidak. Coba cek sendiri sekarang di jalan raya: Kendaraan bermotor pribadi jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan angkutan umum. Subsidinya jadinya lari ke transportasi pribadi dong? Yes. Hal ini makin diperparah dengan fakta bahwa angkutan umum kondisinya sepi: sopir-sopir angkot hanya mengandalkan penghasilannya dari ibu-ibu belanja dan anak-anak sekolah.. itupun anak SD dan SMP saja yang belum mengenal sepeda motor..
3. Nah, tapi kan ada tuh TransSemarang dan BatikSoloTrans. Bahkan sekarang ada TransJateng yang melayani rute Semarang - Bawen dengan tarif Rp 4.000,- saja. Itu kan berarti subsidi!
--> Betul, di ketiga jenis transportasi umum ini pemerintah memberikan subsidi transportasi umum. Tarif sebenarnya tidak akan semurah itu, apalagi dengan sistem transit-tidak-bayar-lagi. Aslinya mah, tiap kali oper, ya harus bayar lagi. Nah, menariknya, mari kita teliti lagi: bagaimana perbandingan besar subsidi BBM dibandingkan dengan subsidi transportasi umum di Kota Jakarta.


Taraaa, masih timpang sekali kan, Lur. Tapi kenyamanan yang diperoleh dari transportasi umum KAI dan Transjakarta (PELNI penulis belum pernah nyobain..) kan sudah OK banget tuh sekalipun subsidinya baru dikit. Apa jadinya kalau subsidinya diperbanyak ya?

Eits, tapi tapi tapi. Jangan sampai kita terjebak di kata subsidi. Nanti muncul lagi istilah gross cost (subsidi tarif per km) yang sedang dikritisi oleh Mbak Lala di koran tetangga. Gross cost ditengarai hanya memanjakan operator angkutan, tetapi tidak diimbangi dengan inovasi-inovasi untuk bisa mandiri berdiri sendiri. 

Nah, saatnya kembali ke Transportasi Umum di Salatiga. Kira-kira, Angkota Salatiga diberikan subsidi oleh Pemkot Salatiga nggak ya? :)

Terima kasih buat Transportologi Solo yang telah memberikan pencerahan ini.