Tuesday, April 2, 2019

Subsidi Transportasi Umum

Sudah lama penulis ingin mempelajari tentang hal ini, dan penulis mendapatkan ilmu setelah membaca artikel ini:

Supaya lebih sederhana, penulis sampaikan lewat pertanyaan dan jawaban saja ya
1. Mengapa transportasi umum perlu disubsidi?
-> Masyarakat urban memiliki kebutuhan mobilisasi yang tinggi. Berbeda dengan era sebelumnnya, anak sekolah tidak lagi mencari sekolah yang dekat rumah. Orang kerja yang sudah beberapa tahun bekerja memutuskan untuk membeli rumah, sehingga kantornya tidak lagi dekat dengan rumahnya. Layaknya sembako, pemerintah perlu memberikan solusi dan menjalankan fungsi regulasinya di sini. Subsidi transportasi umum akan menjadi suatu langkah yang tepat.
2. Apakah dengan memberikan subsidi BBM, kita telah memberikan subsidi untuk transportasi umum?
--> Mungkin dulu iya, tapi sekarang tidak. Coba cek sendiri sekarang di jalan raya: Kendaraan bermotor pribadi jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan angkutan umum. Subsidinya jadinya lari ke transportasi pribadi dong? Yes. Hal ini makin diperparah dengan fakta bahwa angkutan umum kondisinya sepi: sopir-sopir angkot hanya mengandalkan penghasilannya dari ibu-ibu belanja dan anak-anak sekolah.. itupun anak SD dan SMP saja yang belum mengenal sepeda motor..
3. Nah, tapi kan ada tuh TransSemarang dan BatikSoloTrans. Bahkan sekarang ada TransJateng yang melayani rute Semarang - Bawen dengan tarif Rp 4.000,- saja. Itu kan berarti subsidi!
--> Betul, di ketiga jenis transportasi umum ini pemerintah memberikan subsidi transportasi umum. Tarif sebenarnya tidak akan semurah itu, apalagi dengan sistem transit-tidak-bayar-lagi. Aslinya mah, tiap kali oper, ya harus bayar lagi. Nah, menariknya, mari kita teliti lagi: bagaimana perbandingan besar subsidi BBM dibandingkan dengan subsidi transportasi umum di Kota Jakarta.


Taraaa, masih timpang sekali kan, Lur. Tapi kenyamanan yang diperoleh dari transportasi umum KAI dan Transjakarta (PELNI penulis belum pernah nyobain..) kan sudah OK banget tuh sekalipun subsidinya baru dikit. Apa jadinya kalau subsidinya diperbanyak ya?

Eits, tapi tapi tapi. Jangan sampai kita terjebak di kata subsidi. Nanti muncul lagi istilah gross cost (subsidi tarif per km) yang sedang dikritisi oleh Mbak Lala di koran tetangga. Gross cost ditengarai hanya memanjakan operator angkutan, tetapi tidak diimbangi dengan inovasi-inovasi untuk bisa mandiri berdiri sendiri. 

Nah, saatnya kembali ke Transportasi Umum di Salatiga. Kira-kira, Angkota Salatiga diberikan subsidi oleh Pemkot Salatiga nggak ya? :)

Terima kasih buat Transportologi Solo yang telah memberikan pencerahan ini.

No comments:

Post a Comment